Bismillah..sudah lama ingin sharing tentang hamil dan melahirkan di Groningen, sampai si baby hampir 8 bulan baru menyempatkan diri untuk menuangkan dalam bentuk tulisan.
Alhamdulillah awal tahun 2019 kami diberi hadiah Allah hasil test pack positif. Tidak banyak perubahan yang dirasakan, hanya pusing dan mual diawal kehamilan, keluhan standar ibu hamil muda. Setelah tahu hamil hal yang pertama kami lakukan adalah mengkonfirmasi ke pihak asuransi untuk fasilitas ibu hamil dan melahirkan. Alhamdulillah meskipun Asuransi saya masih basic dan belum di upgrade menjadi extraverzorg (ada penambahan fasilitas utk ibu hamil&melahirkan) semua biaya pemeriksaan dan persalinan tetap di cover oleh pihak Asuransi. Untuk proses persalinan normal yang dicover adalah persalinan di rumah, apabila tidak ada indikasi medis dan ingin melahirkan di RS maka harus membayar sendiri.
Setelah menghubungi pihak asuransi, kami mendaftar ke Bidan untuk membuat appointment awal. Pemeriksaan awal kehamilan di Belanda melalui bidan, apabila dirasa butuh penanganan khusus baru bumil akan dirujuk ke obgyn. Jika dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir) kehamilan saya saat itu masih memasuki minggu ke-6. Pemeriksaan pertama dilakukan di minggu ke10. Jadi saya dijadwalkan 4 minggu kemudian untuk USG dan dilanjutkan konsultasi dgn bidan. Selama menunggu jadwal ke bidan, saya membeli vitamin untuk ibu hamil yg mengandung asam folat rekomendasi dari teman2.
Akhirnya jadwal USG tiba, USG dilakukan di RS Martini. Pelaksananya bukan obgyn tapi operator USG, hasil USG langsung dikirim ke bidan yang sudah kami tunjuk. Alhamdulillah USG 10w hasilnya baik, tapi karena menurut operator baby masih terlalu kecil kami dibuatkan appointment lagi 2 minggu kemudian, dan usia kehamilan saya dikoreksi 1 minggu, lebih muda dari usia kehamilan berdasar hitungan HPHT. Jadi usia kehamilan yang digunakan disesuaikan dengan ukuran baby saat USG, bukan berdasarkan HPHT. Di Belanda USG wajib itu usia 10w dan 20w, selebihnya bila kita ingin melakukan USG sendiri harus membuat janji sendiri dan tentu tidak di cover oleh pihak Asuransi. Kecuali bila USG dijadwalkan oleh bidan maka tetap di cover asuransi.
Setelah USG, dihari yg sama kami ke bidan utk melakukan konsultasi pertama. Konsultasi pertama ini tidak ada sesi berbaring di kasur, lebih seperti wawancara history kesehatan ibu hamil. Saya pun menanyakan pantangan ibu hamil, karena saya masih bersepeda bahkan untuk konsultasi tersebut saya juga bersepeda. Ternyata jawaban bidan sangat santai “Ibu hamil itu bukan orang sakit, kamu bisa beraktivitas seperti biasa selama kamu merasa kuat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya hindari olahraga2 berat, seperti berkuda, bahkan kamu boleh bersepeda sampai mendekati waktu melahirkan”. Makanya tidak jarang kami melihat ibu2 hamil besar yang masih mengayuh sepedanya. Konsultasi bidan di trimester 1 dan 2 dijadwalkan setiap 6 minggu. Pemeriksaannya meliputi cek tensi, berat badan, posisi baby, detak jantung baby, dll.
Selanjutnya saya diberi surat pengantar untuk melakukan cek darah. Alhamdulillah di dekat rumah kami ada kantor pembantu laboratorium CERT yang buka setiap pagi, jadi disitu hanya ada petugas untuk pengambilan sampel darah, pemeriksaannya dilakukan di laboratorium pusat, setidaknya memudahkan warga sekitar yang memerlukan pemeriksaan darah rutin. Untuk pertama kalinya saya diambil sampel darah menggunakan alat vacum, karena memang sudah lama rasanya tdk berhubungan dgn jarum2 suntik. Agak kaget saat darah mengucur deras ke tabung darah, dulu terakhir kali pengambilan darah masih menggunakan alat suntik, dan darah yg keluar perlahan2, ini agak mengagetkan bagi saya. Pihak laboratorium menyampaikan bahwa hasilnya nanti akan langsung diteruskan ke bidan, jadi nanti kami bisa mengkonfirmasi saat jadwal konsultasi dgn bidan.
Akhirnya tiba jadwal USG 20w, ini USG yang sangat mendebarkan, karena sangat detail. Operator USG menjelaskan secara terperinci, dari tulang jari, tulang lengan, tulang kaki, perut, jantung, bahkan darah masuk dan keluar pun terlihat dilayar USG. Alhamdulillah hasil USG semua sehat, dan kami dapat bocoran jenis kelamin adeknya MiLi. MasyaAllah Tabarakallah, ternyata anak ketiga kamipun meisje. Alhamdulillah.
Saat memasuki trimester ketiga bidan memberi form perencanaan melahirkan. Kami diminta mengisinya dan dibawa saat konsultasi berikutnya. Di form itu kami bisa menuliskan proses melahirkan yang kami inginkan dengan detail. Siapa saja yang ada di ruang bersalin, suasana seperti apa yang diinginkan, bahkan musik apa yang ingin diputar bisa ditulis disitu. Qodarullah saat konsultasi formnya tertinggal di rumah, “Itu biasa terjadi, ibu hamil sering melupakan sesuatu”, kata bidan dengan tertawa saat tahu saya lupa membawa formnya. Akhirnya bidan langsung menanyakan detail proses persalinan yang saya inginkan dan dia catat di komputer.
Karena history kesehatan dan kehamilan sebelumnya semua sehat, maka sangat memungkinkan proses persalinan di rumah. Sebelumnya saya sudah mencari informasi tentang melahirkan di rumah dari beberapa teman. Dari keempat orang yang saya tanyai, semuanya mengatakan bahwa lebih enak melahirkan di rumah, lebih privasi, lebih nyaman dan tidak perlu bolak-balik ke RS. Persalinan di rumah merupakan hal yang lazim di Belanda. Bagi ibu hamil yang kondisinya baik, memang disarankan untuk melahirkan di rumah. Namun bila ibu hamil menginginkan di RS pun juga bisa. Setelah menimbang2, akhirnya saya memantapkan diri untuk proses persalinan di rumah saja. Salah satu pertimbangannya karena kami tidak memiliki mobil pribadi, HPL juga jatuh saat musim dingin jadi agak repot bila harus keluar rumah. Melahirkan dengan proses normal di RS Belanda berbeda dengan di Indonesia, 3 jam pasca melahirkan jika hasil observasi kondisi ibu dan bayi baik maka diharuskan untuk pulang dan perawatan dilanjutkan oleh Kraamzorg di rumah.
Kraamzorg adalah suster khusus yang bertugas merawat ibu dan bayi pasca persalinan. Kraamzorg akan datang ke rumah selama 7 hari awal kehidupan bayi (dapat diperpanjang sampai 10 hari bila kondisi ibu dan bayi belum stabil). Tugas kraamzorg yaitu memantau kondisi ibu dan bayi, dari mengecek suhu tubuh ibu, tensi darah, kondisi jahitan (bila ada), mengecek suhu tubuh bayi, berat badan bayi (setiap hari ditimbang), memandikan bayi, dll. Kraamzorg juga mengerjakan perkerjaan rumah tangga dari membersihkan rumah, KM/WC, mencuci baju, menjemur, berbelanja, memasak bahkan mengantar jemput anak sekolah, untuk memastikan ibu dapat beristirahat dengan maksimal sehingga lekas pulih pasca melahirkan.
Alhamdulillah selama masa kehamilan saya masih bisa beraktivitas seperti biasa. Masih bisa mengantar jemput anak2 sekolah, ikut serta dalam acara bazar, dan bepergian ke luar groningen. Di trimester ketiga BB saya melonjak dgn cepat, sangat bertolak belakang dgn dua trimester di awal. Sehingga bidan menjadwalkan USG tambahan di 30w untuk memastikan BB bayi, karena saya berencana melahirkan di rumah jadi harus dipastikan kondisi ibu dan bayi dalam keadaan ideal. Alhamdulillah hasil USG baik, BB bayi masih didalam range normal, walaupun memang cukup besar tapi masih memungkinkan untuk proses kelahiran normal.
Ini kehamilan pertama bagi saya membatasi makan di trimester ketiga, dua kakaknya dulu di trimester ketiga saya setiap hari sengaja makan es krim dan coklat utk mempercepat kenaikan BB baby dlm kandungan. Agak kaget dgn prediksi bidan kalau BB lahir baby bisa diatas 3,5kg. Karena dulu dua kakaknya selalu dikomentari baby tidak terlalu besar, diprediksi lahir dibawah 3kg (sedangkan postur tubuh ayah dan bundanya besar). Dulu saya sampai sengaja makan2 berlemak agar berat lahir bayi minimal 3kg. Hal ini saya lalukan karena menyadari, seperti ibu2 kebanyakan yang gampang baper, lebih baik saya mengantisipasi komen2 yang tidak ingin saya dengar pasca melahirkan (“kok babynya kecil? Berarti naik berat badan ke bundanya semua ya?, dll”).
1 November 2019, Uti dan Mami tiba di Groningen. Kami khusus mengundang kedua Oma MiLi untuk menemani MiLi selama bunda melahirkan dan recovery pasca melahirkan. HPL tgl 16 November jadi ada waktu untuk jalan2 keliling groningen dulu bersama Oma sebelum melahirkan.
9 November 2019, bangun tidur cek ke toilet ada lendir darah. Sama dengan kedua kakaknya, pembukaan ditandai dengan keluarnya lendir darah. Karena belum ada kontraksi jadi kami belum menghubungi bidan. Pukul 18.00 CET mulai muncul kontraksi, tapi belum konsisten. Pukul 20.00 CET kontraksi mulai intens, dan setiap kontraksi datang kami catat waktunya, agar terpantau. Pukul 21.00 CET kami menelefon bidan, agar dicek pembukaan. Bidan jaga mengatakan akan segera ke rumah kami. Pukul 21.45 CET Bidan tiba di rumah kami, setelah di cek pembukaan baru 3. Tapi karena ini adalah kehamilan ketiga dengan history proses persalinan sebelumnya yang cukup cepat bidan memutuskan untuk menunggu di rumah kami. Bidan memperkirakan paling lama dalam 6 jam saya akan melahirkan.
Bidan mempersiapkan perlengkapan bersalin, terdiri dari 2 tas. Tas pertama berisi peralatan steril (benang, jarum, gunting dll), dan tas kedua berisi tabung oksigen dan perlengkapannya. Sambil menunggu pembukaan saya berkeliling rumah. Untuk menghindari trauma, Kakak Mimi dan Lili kami perbolehkan nonton film (jarang2 boleh nonton TV jadi mereka fokus ke filmnya sehingga bundanya bisa fokus juga ke proses melahirkan).
Pukul 23.00 CET Kraamzorg tiba di rumah kami. Karena proses persalinan dilakukan di rumah Kraamzorg datang bukan setelah baby lahir melainkan sebelum baby lahir, untuk membantu bidan. Setelah berkenalan dan mengobrol dengan kraamzorg saya minta bidan mengecek pembukaan lagi, karena kontraksi semakin intens. Ternyata pembukaan sudah bertambah menjadi 6. Saya sudah mulai lelah berjalan berkeliling, akhirnya lebih memilih duduk sambil ngobrol dengan bidan. Bidan yg membantu proses persalinan saya ini bukan bidan yang biasa saya temui saat konsultasi, dia bidan yang sedang piket saat itu. Bidannya masih muda dan belum mempunyai anak ,
tapi sudah berpengalaman.
Pukul 24.00 CET kontraksi semakin kuat dan saya minta bidan mengecek kembali. Belum sempat bidan mengecek saya merasakan dorongan yang kuat dan ketuban pecah. Spontan saya bilang “airnya keluar, bayi mau keluar”. Ekspresi bidan masih tetap tenang, kemudian dia mengatakan “ya, ini sudah waktunya”. Waktu mengejan pertama ditegur bidan kalau salah. Walaupun anak ke-3 ga berarti jadi expert, apalagi krn melahirkan normal di Belanda itu diusahakan senatural mungkin. Tidak akan dilakukan episiotomi jika tidak diperlukan. Dulu proses melahirkan kedua kakaknya lebih cepat karena dokter bantu dengan episiotomi, jadi jalan lahir lebih lebar. Kalau di Belanda episiotomi hanya dilakukan jika si ibu sudah kepayahan. Belum lagi pernah denger cerita temen yang lahiran disini robekannya sampai ruptur, karena salah mengejan, jadi rasanya waktu mengejan ada keragu2an. Waktu mau mengejan untuk kedua kalinya saya bertanya ke bidan “Kapan aku boleh mengejan?” Sebenernya rasanya udah pengen cepet2 baby dikeluarin tapi takut robekan kemana2 🙈 Bidan tetap tenang dan menjawab “Kalau kamu merasakan kontraksi yang kuat kamu dorong sekuat mungkin, jangan mengejan kalau tidak ada kontraksi, nanti kamu menghabiskan energi”
Akhirnya setelah 3 kali mengejan pukul 00.44 CET Baby Alia terlahir dengan selamat, dengan berat lahir 3.610 gr. Alhamdulillah. Bidan segera membersihkan baby dan meletakkan baby di dada saya untuk IMD, Alhamdulillah tidak lama plasenta juga berhasil keluar. Alhamdulillah..Alhamdulillah rasanya lega dan bahagia..pemotongan tali pusat pun dilakukan oleh ayah Mega Bagus Herlambang. Untuk pertama kalinya ayah merasakan memotong tali pusat, ternyata di Belanda orang tua baby-lah yang diberi kesempatan untuk memotong tali pusatnya. MasyaAllah.
Setelah selesai menjahit bunda (alhamdulillah robekan tidak terlalu lebar, 2 jahitan), Bidan memeriksa kondisi baby. Menunjukkan pada kami semua organ lengkap, refleks berjalan bila kaki menyentuh permukaan, dan kami ditunjukkan posisi baby saat ada didalam rahim, baby alia ditelungkupkan di tangannya, MasyaAllah kagum tak berkesudahan.
Sambil baby di pakaikan pakaian oleh Kraamzorg, bidan menjelaskan tentang plasenta. Menunjukkan bahwa kondisi plasenta masih baik, “Seperti pohon kehidupan ya” kata Bidan. MasyaAllah pertama kalinya saya melihat plasenta secara detail.
Setelah baby Alia memakai baju dan diserahkan kepada Omanya, kraamzorg mempersilahkan saya untuk mandi “Kamu bisa mandi sekarang, sekalian aku membersihkan tempat tidurmu”. Baru melahirkan beberapa saat yang lalu sudah disuruh mandi sendiri di KM sempat membuat Uti khawatir, tapi karena hal ini lazim di Belanda sayapun mau mencoba. Sambil ditemani suami akhirnya saya membersihkan badan, ternyata jadi lebih segar dan relax.
Setelah mandi, kamar sudah bersih dan rapi, bidan mengatakan kalau suhu baby agak turun (hal yang wajar karena baby lahir di musim dingin) jadi disarankan untuk skin to skin dengan ayahnya. Pukul 03.30 suhu baby sudah normal kembali, bidan dan kraamzorg pamit pulang. Ayah, Bunda, Mimi, Lili, Alia dan para Oma pun istirahat setelah melewati malam yang panjang..Alhamdulillah.
Semoga baby Alia tumbuh sehat, solehah, cerdas, qurota’ayun. Dan semoga kami dimampukan untuk mendampingi tumbuh kembang putri2 kami menjadi anak2 Sholehah yang bermanfaat untuk diri, keluarga, umat dan agamanya..Aamiin
I might like this blog, my brother said, and he was entirely right. Seeing this post made my day. You are not aware of the amount of time I invested in finding this information.