Tips bisa diterima kuliah di luar negeri

Tips bisa diterima kuliah di luar negeri

Semua orang ingin mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Tidak sedikit pula mereka yang bercita-cita ingin kuliah hingga sampai ke luar negeri. Sebut saja beberapa negara favorit seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, dan lain-lain. Walau demikian, tidak semua yang ingin tadi bisa kuliah ke luar negeri. Kendala yang paling sering adalah biaya yang besar dan syarat diterima di kampus favorit luar negeri tidaklah mudah.

Untuk bisa kuliah di luar negeri memang tidak murah. Biaya SPP (tuition fees) bisa 3 hingga 10 kali lipat dari biaya kuliah PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Oleh karena itu, sekarang banyak sekali beasiswa-beasiswa baik di dalam negeri seperti Dikti, LPDP, Djarum dan lainnya menjadi rebutan para calon mahasiswa. Tentang bagaimana mendapatkan beasiswa LPDP atau BUDI, bisa di klik artikel saya ini.

Saat presentasi di konferensi internasional

Kali ini saya akan membahas tentang bagaimana caranya agar bisa diterima kuliah di kampus-kampus terbaik di luar negeri. Saya asumsikan pembaca sudah mendapatkan dana untuk kuliah ya, baik itu berasal dari dana pribadi atau mungkin dari beasiswa. Walau kita sudah memiliki biaya, belum bisa langsung kuliah, karena tantangan selanjutnya adalah mendapatkan persetujuan (letter of admission atau letter of acceptance) yang menyatakan bahwa kita diterima untuk mengambil pendidikan di kampus tersebut.

Untuk memberikan gambaran yang komprehensif, ada dua jenjang yang saya bahas yaitu jenjang sarjana (S1) + magister (S2), dan jenjang doktoral (S3).


PENDIDIKAN SARJANA & MAGISTER

Saya tidak menyelesaikan kuliah sarjana dan magister di luar negeri, namun keduanya saya selesaikan di dalam negeri yaitu di Institut Teknologi Bandung. Walau demikian, saya mendapatkan informasi yang cukup akurat dari teman-teman di Groningen dari mahasiswa S1 maupun awardee LPDP lainnya yang sedang menempuh studi  S2 tentang bagaimana mereka mendapatkan LoA.

Pada dasarnya LoA untuk sarjana atau magister tidak sesusah LoA doktoral. Bahkan bisa saya bilang, asal syarat administrasi memenuhi 80% – 90% Anda bisa mendapatkan LoA. Syarat-syarat umum yang biasanya diminta oleh kampus antara lain:

  1. Ijasah dan transkrip akademik jenjang SLTA (bagi S1) atau jenjang S1 (bagi S2) yang berbahasa inggris. atau dilengkapi terjemahan bahasa inggris. Semakin baik nilai transkripnya, maka semakin tinggi pula peluang untuk diterima.
  2. Dokumen kemampuan bahasa inggris atau bahasa negara tujuan (seperti negara Prancis dan Jepang mereka sangat mewajibkan calon mahasiswa bisa menggunakan bahasa lokal mereka).
  3. Curriculum vitae atau biodata diri dengan mencantumkan pendidikan, soft skills, pengalaman kerja, dan lain-lain.
  4. Letter of motivation yang menyatakan apa alasan kita ingin kuliah di kampus tersebut, dan penjelasan mengapa kita adalah kandidat mahasiswa yang baik. Banyak format standar di internet tentang bagaimana penulisan letter of motivation. Dipilih saja mana yang paling sesuai.
  5. Letter of reference (biasanya untuk S2) yang menunjukkan bahwa setidaknya ada 2 orang yang merekomendasikan kita untuk diterima di kampus tersebut. Biasanya surat referensinya harus dibubuhi tanda tangan asli orang yang mereferensikan kita. Minta saja surat rekomendasi dari dosen pembimbing atau profesor di Indonesia yang dikenal.
  6. Dokumen kemampuan akademik (biasanya untuk jurusan teknik dan MBA) seperti GRE atau GMAT. Untuk mendapatkan skor yang tinggi, bisa membaca buku-buku tentang GRE/GMAT atau ikut pelatihan intensif. Skor GRE didapatkan dengan mengikuti tes yang diadakan oleh lembaga resminya yaitu Educational Testing Service (ETS). Untuk GMAT diadakan oleh lembaga resmi Graduate Management Admission Council (GMAC).
  7. Memiliki biaya untuk studi meliputi biaya kuliah, dan tentunya biaya hidup. Jika bersumber dari dana pribadi, biasanya disuruh menunjukkan rekening koran dengan nilai nominal setidaknya sesuai batas minimum yang diharuskan. Jika dananya bersumber dari beasiswa, kita diminta surat keterangan yang menyatakan bahwa pihak pemberi beasiswa memberikan jaminan menanggung semua biaya selama calon mahasiswa berkuliah di kampus tersebut. Atau ada juga kampus yang cukup mensyaratkan kita untuk mendaftar biaya pendaftaran saja.
  8. Passport yang masih berlaku.

Biasanya dokumen-dokumen itu saja yang diperlukan untuk bisa diterima di kampus impian. Tentunya semakin tinggi peringkat kampus tujuan, maka syaratnya pun akan makin tinggi. Misal kampus dengan peringkat rata-rata mengharuskan memiliki skor TOEFL IBT 80 atau IELTS 6, namun kampus terkenal dan peringkat tinggi syarat TOEFL IBT nya 92 atai IELTS 7.

Setelah kita mengirimkan dokumen-dokumen tersebut sesuai waktu yang ditentukan, dalam beberapa waktu kita akan mendapatkan balasan apakah kita diterima atau tidak. Jika diterima, maka LoA juga akan dilampirkan.

Pada dasarnya memang semua bergantung dari syarat administrasi, dan jarang sekali ada proses seleksi tambahan.


PENDIDIKAN DOKTORAL

Mendapatkan LoA untuk jenjang doktoral tidaklah mudah. Bahkan ada yang bilang prosesnya rumit dan penuh teka-teki. Mengapa demikian? Karena persyaratan administrasi di atas saja tidak cukup bagi kita untuk mendapatkan LoA. Bahkan banyak yang bilang, proses seleksi beasiswa LPDP jauh lebih mudah daripada proses mendapatkan LoA itu sendiri. Ada yang mencari LoA selama setahun, namun juga tidak dapat-dapat. Oleh karena itu, saya akan berusaha untuk menjelaskan langkah-langkah penting yang harus dipenuhi agar LoA ini semakin mudah didapat. Tentunya dengan selalu diiringi dengan doa dan tawakal.

Langsung saja, apa saja langkah-langkahnya?

  • Hal pertama yang perlu dimengerti adalah pendidikan S2 dan S3 sangatlah berbeda. Pendidikan S2 secara umum adalah courses based yang artinya pendidikannya berbasis pada perkuliahan dengan proporsi sisanya adalah penelitian sekitar 20% – 30%. Sebaliknya, pendidikan S3 adalah research based yang artinya 90% – 100% adalah riset ilmiah. Sampai di sini tentu bisa dipahami, bahwa pihak kampus hanya menerima mereka yang SIAP untuk menjadi periset dan aktif melakukan riset selama pendidikan doktoralnya.
  • Hal kedua yang juga harus dipahami adalah pihak yang menerima kita sebagai mahasiswa doktoral bukanlah institusi, melainkan supervisor kita atau promotor kita (biasanya dengan pangkat profesor), walaupun nantinya dokumen resmi LoAnya ditandatangani pihak institusi. Mengapa yang menerima kita adalah supervisor? Hal tersebut dikarenakan proses studi doktoral kita bukanlah proses perkuliahan seperti di sekolah atau pendidikan S1 maupun S2, namun proses yang terjadi adalah pelatihan (training). Yang dimaksud pelatihan di sini adalah kita dilatih, diajarkan, dan digembleng oleh supervisor tadi tentang bagaimana melakukan proses riset yang baik. Dengan demikian, supervisor-lah yang menjadi penanggung jawab kita, dan dialah yang berhak memberikan kita LoA.
  • Langkah selanjutnya adalah tentukan kita ingin lanjut S3 di bidang apa. Saran saya lanjutkan studi ke bidang yang sama dengan bidang S2 Anda, karena dari situlah dasar supervisor untuk menilai profil kita. Jika jaraknya terlalu jauh dan bahkan tidak nyambung, maka kecil harapan mendapatkan LoA. Misal, S2 kita di bidang hukum, kemudian ingin lanjut S3 di bioteknologi, maka calon supervisor akan bertanya-tanya, “Ini orang iseng apa serius ya?”.
  • Setelah menentukan bidang yang dituju, langkah selanjutnya adalah menentukan sub-bidang nya. Kenapa harus difilter lagi? Karena riset S3 adalah riset yang sangat spesifik. Semisal Anda berasal dari bidang hukum, maka riset S3 Anda tidaklah berbicara tentang hukum secara umum, melainkan bidang spesifik di bidang hukum, semisal hukum perdata warisan di kawasan Asia Tenggara. Atau jika Anda berasal dari bidang teknik industri, maka bidang spesifiknya misal tentang proses manufaktur yang membahas teknik otomasi dengan algoritma yang juga spesifik. Jika Anda belum bisa menentukan bidang yang spesifik, maka cukup sulit untuk mendapatkan supervisor yang pas nantinya.
  • Setelah menentukan bidang riset yang spesifik, langkah selanjutnya cukup cari di Google kampus mana saja yang membuka program doktoral untuk bidang spesifik tadi. Atau jika tidak ada, cari yang bidangnya meliputi bidang spesifik tadi. Beberapa situs yang sangat membantu antara lain www.findaphd.com atau www.phdportal.com. Dari hasil pencarian Anda di google atau 2 situs tadi ambil 10 kampus yang Anda suka dan inginkan.
  • Setelah Anda pilih kampus-kampus tadi, langkah selanjutnya adalah lihat daftar profesor di bidang spesifik di kampus-kampus ini. Biasanya setiap profesor memiliki web pribadi, atau setidaknya di web kampus dicantumkan pula publikasi-publikasi yang sudah mereka lakukan. Nah buatlah catatan tentang nama-nama profesor favorit yang Anda jadikan target, lengkap dengan publikasi dan riset yang mereka lakukan.
  • Jika sudah, buatlah proposal riset (research proposal) yang minimal berisi 3 bab saja yaitu introduction, research questions, & methodologies. Tidak perlu tebal, maksimal 5-7 halaman saja. Intinya Anda menceritakan tentang riset yang Anda ingin lakukan. Sesuaikan proposal riset dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh profesor yang Anda targetkan.
  • Sekarang saatnya mengirimkan surat andalan yang merupakan dokumen pengajuan diri yang menyatakan bahwa kita meminta profesor tersebut untuk bersedia menjadi supervisor kita selama 4 tahun. Saya sertakan pula formatnya untuk mempermudah. Kira-kira beginilah isi suratnya:

Dear Prof. (NAMA PROFESOR),

First of all, I would like to thank you for the opportunity to be able to apply at (NAMA UNIVERSITAS). It is indeed an honor and privilege considering your credentials.
My name is (NAMA ANDA), and I am from Indonesia. I finished my master’s degree from (NAMA KAMPUS ASAL). I am really interested in continuing my study at (NAMA UNIVERSITAS).

I have attached everything as needed for your consideration:

  • Research proposal
  • CV
  • Certificates (Bachelor & Master)
  • Academic transcripts (Bachelor & Master)
  • TOEFL IBT / IELTS Score

You might be interested to know that I already have a scholarship from (NAMA BEASISWA) to fund my Ph.D. research for four years.

I am still looking for a supervisor/advisor to be my doctoral promotor, and I believe it will be a great honor for me if you want to be my supervisor/advisor. I am very interested in doing research about (CERITAKAN MINAT RISET ANDA).

However, i am also open to other research topics that might fit with the ongoing project right there.

Thank you for your careful consideration of my Letter of Acceptance (LoA).

Sincerely,

(NAMA ANDA)

  • Sekarang saatnya kirimkan surat tersebut via email lengkap dengan dokumen-dokumen yang Anda cantumkan seperti proposal riset, CV, ijasah, dan lain-lain.

Dari sini kita cukup menunggu maksimal 3-4 hari. Jika tidak ada respon, maka profesor tadi tidak tertarik dengan penawaran kita sama sekali. Tenang saja, segera kirim ke profesor lainnya yang sudah jadi target Anda tadi. Jika Anda mendapat respon, dari situlah diskusi menarik berlangsung. Ada tiga hal yang mungkin terjadi:

  1. Mereka langsung menolak. Biasanya alasannya karena sudah tidak ada slot untuk PhD student atau mungkin bidang risetnya tidak cukup relevan bagi mereka.
  2. Mereka akan bertanya ke kita. Nah ini biasanya sudah lampu kuning (antara ya atau tidak).Mereka akan menanyakan riset-riset kita sebelumnya, pengalaman kita, dan bahkan langsung meminta wawancara melalui skype.
  3. Mereka akan langsung menerima kita tanpa pertanyaan (ini sangat jarang terjadi).

Bagaimana dengan pengalaman saya? Kebetulan saya sudah ditolak sebanyak 3-5 profesor (kalau tidak salah hitung) ketika mengajukan surat tersebut, dan akhirnya ada profesor yang mau menerima saya, yang sekarang menjadi supervisor saya. Sisanya tidak ada respon sama sekali.

Sebenarnya ada profesor yang meminta wawancara via skype dari University of Warwick, namun karena sudah mengantongi LoA dari Groningen, saya memutuskan untuk membatalkan wawancara dan memilih untuk melanjutkan studi S3 di University of Groningen. Profesor terakhirpun akhirnya menerima saya tanpa pertanyaan. Langsung saya ditawari LoA, karena memang menurutnya riset saya menarik, dan sedang ada slot untuk 1 PhD student. Alhamdulillah.

Hal yang tidak kalah penting adalah ketika mengirim surat di atas, pastikan Anda sudah memiliki semua biaya yang dibutuhkan. Dengan demikian, si profesor akan senang karena kita sudah membawa dana riset selama 4 tahun.

Jika Anda beruntung, tidak jarang justru profesor yang menggaji Anda selama 4 tahun, karena melihat profil Anda yang cukup baik. Banyak juga teman-teman saya S3 di Groningen dengan skema mendapat beasiswa dari profesornya.

Berapa lama total waktu yang diperlukan? Dari proses mengirimkan surat ke profesor pertama, dilanjutkan dengan penolakan hingga diterima oleh profesor yang ke-11 (saya mengirimkan proposal ke 11 orang) kurang lebih memakan waktu 2 bulan.

Ditolak itu wajar. Intinya jangan menyerah. Tolak, kirim lagi, tolak, kirim lagi. Begitu seterusnya.

Kuncinya adalah jika kita mengirimkan ke profesor yang tepat, maka kemungkinan diterima juga semakin besar. Bahkan saya diberitahu tips ini dari profesor yang menolak saya.

Demikian tips dan trik dari saya untuk bisa diterima kuliah di kampus luar negeri. Jika ada pertanyaan bisa ditanyakan di bagian komentar.

Semoga Anda bisa meraih impian dan merasakan kuliah di luar negeri ya. Aamiin.

Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
raisa
raisa
5 years ago

Keren, menginspirasi..semoga saya bisa segera menyusul

Septian Mixrova Sebayang
Septian Mixrova Sebayang
3 years ago

Jika belum mendapat beasiswa, peluang di terima profesornya kecil kah? satu lagi apa kah diwajibkan untuk mendapatkan sertifikat toefl/Ielts saat pengajuan ke profesornya? Terima kasih. Salam dari Medan

Safaranita Nur Effendi
2 years ago

Halo mas. apakah untuk judul riset proposal yang di ajukan dengan dosen pembimbing kita itu sama ? apa berbeda-beda ya? kan mas nya nyoba ke 10 bahkan 11 kampus yang berbeda-beda apa topiknya tetap sama atau berbeda ? Dan berhasil dapat Loa professornya

Last edited 2 years ago by Safaranita Nur Effendi